Memahami
Hadits-Hadits Doa Berbuka Puasa
Oleh: Agi Sya’rial Abdullah, M.Pd.I.
Download File Pdfnya pada link berikut:
Diantara kesunahan orang berbuka adalah membaca doa. Lazimnya
orang Indonesia membaca doa اَللّهُمَّ لَكَ صُمۡتُ
...., namun belakangan banyak yang beranggapan bahwa doa itu tidak
sesuai sunnah, benarkah demikian?.
Mari kita membahasnya dalam prespektif madzhab Syafii yang lazim
diikuti orang-orang Indonesia. Imam an-Nawawi salah satu ulama rujukan madzhab
Syafii dalam kitab beliau al-Adzkar mencantumkan lima hadits perihal doa
berbuka (an-Nawawi: 190).
Hadits pertama
berderajat hasan riwayat Abu Daud dan an-Nasa’i dari Ibn Umar ra. Rasulullah
saat berbuka mengucapkan:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابۡتَلَّتِ
الۡعُرُوقُ وَثَبَتَ الۡأَجۡرُ إِنۡ شَاءَ اللهُ
“Telah hilang dahaga, basah urat-urat, dan pahala telah tetap insyaallah”.
Hadits kedua
riwayat Abu Daud dari Mu’adz bin Zuhrah merupakan hadits mursal tidak sampai
pada derajat hasan, namun dikuatkan oleh jalur lain riwayat At-Thabrani dari
Anas bin Malik ra, dikuatkan pula oleh hadits-hadits lain yang memiliki redaksi
serupa. Rasulullah bila berbuka mengucapkan:
اَللّهُمَّ لَكَ صُمۡتُ وَعَلَى
رِزۡقِكَ أَفۡطَرۡتُ
“Ya Allah untuk-Mu aku berpuasa dan atas rizkimu aku berbuka”.
Hadits ketiga
juga merupakan hadits mursal riwayat Ibnus Sunni dari Mu’adz bin Zuhrah
Rasulullah saw bila berbuka mengucapkan:
اَلۡحَمۡدُ لِلّهِ الَّذِي
أَعَانَنِي فَصُمۡتُ وَرَزَقَنِي فَأَفۡطَرۡتُ
“Segala Puji bagi Allah yang telah membantuku maka aku berpuasa,
dan memberiku rizki maka aku berbuka”
Hadits keempat
diriwayatkan Ibnus Sunni dari Abdullah bin Abbas ra. Rasulullah saw. bila
berbuka mengucapkan:
اَللّهُمَّ لَكَ صُمۡنَا ، وَعَلَى رِزۡقِكَ أَفۡطَرۡنَا ، فَتَقَبَّلۡ
مِنَّا إِنَّكَ أَنۡتَ السَّمِيعُ الۡعَلِيمُ
“Ya Allah untukmu kami berpuasa, dan atas rizkimu kami berbuka,
maka terimalah (puasa) dari kami, sesungguhnya Engkau maha mendengar lagi Maha
mengetahui”.
Hadits kelima
berderajat hasan riwayat Ibnu Majah dan Ibnus Sunni dari Abdullah bin ‘Amr bin
Ash, Rasulullah bersabda “ Sesungguhnya orang yang berpuasa memiliki doa yang
tidak tertolak tatkala berbuka”. Ibnu Abi Malikah berkata aku mendengar
Abdullah bin ‘Amr bila berbuka ia berkata “Ya Allah sesungguhnya aku meminta-Mu
dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu agar Engkau mengampuniku.
Dengan menuliskan beberapa riwayat ini Imam Nawawi menganjurkan
agar seluruh redaksi doa di dalamnya dibaca, yakni mengumpulkan doa dari
beragam riwayat ini. Sebagaimana disunahkan bagi orang yang sholat sendiri
untuk menggabungkan antara riwayat "الله أكبر كبيرا..", "وَجَّهۡتُ
وَجۡهِيَ .." dan "اللهم بَاعِدۡ
بَيۡنيِ" dalam doa iftitah (an-Nawawi: 43-45).
Pendapat ini juga didukung oleh banyak ulama madzhab Syafii,
diantaranya Syaikh Zainuddin al-Malibari. Dalam kitab Fath al-Mu’in beliau
berkata disunnahkan setelah berbuka membaca "اللهم لك صمت
وعلى رزقك أفطرت" dan yang berbuka dengan air menambahkan " ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله.
Syeikh al-Kurdi menyunahkan tambahan وَبِكَ آمَنۡتُ وَعَلَيۡكَ
تَوَكَّلۡتُ وَرَحۡمَتَكَ رَجَوۡتُ وَإِلَيۡكَ أَنَبۡتُ (Sayid Abu Bakr: 2/279).
Disunahkan juga memanjatkan doa selain redaksi doa yang diajarkan
Nabi saw, berdasarkan hadits kelima tadi bahwa doanya orang yang berbuka puasa
tidak akan ditolak.
Alhasil doa "اللهم لك صمت
وبك أمنت وعلى رزقك أفطرت" yang telah diajarkan secara tumun menurun
tidaklah bertentangan dengan sunnah Nabi saw. Karena memiliki landasan hadits
yang bisa dikategorikan hasan li ghairihi, dan praktik sahabat Abdullah bin ‘Amr
ra. membaca doa yang berbeda dengan doa Nabi. Jika dianggap haditsnya dhaif
sekalipun, menurut para ulama hadits dhaif boleh diamalkan pada fadhail ‘amal
selama tidak maudhu’ (an-Nawawi: 8)
Kesimpulan:
1.
Disunahkan bagi orang yang berbuka puasa untuk berdoa setelah ia
memakan sesuatu.
2. Doa yang dibaca boleh berasal
dari diri sendiri, namun lebih baik bila membaca doa yang diajarkan Nabi.
3. Dianjurkan mengumpukan
doa-doa dari beragam riwayat, seperti membaca:
اَللّٰهُمَّ لَكَ صُمۡتُ وَعَلَى رِزۡقِكَ أَفۡطَرۡتُ فَتَقَبَّلۡ مِنِّي
إِنَّكَ أَنۡتَ السَّمِيعُ الۡعَلِيمُ، ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابۡتَلَّتِ الۡعُرُوقُ
وَثَبَتَ الۡأَجۡرُ إِنۡ شَاءَ اللهُ
Referensi:
an-Nawawi, al-Imam Muhyiddin Abu
Zakariya Yahya bin Syarof, al-Adzkar, Dar al-Fikr, Beirut-Libanon, 1997.
Syeikh Abu Bakr bin Muhammad
Syatho, I’anah at-Thalibin, Dar al-Fikr, Beirut-Libanon, 2005.
No comments:
Post a Comment