Download Penjelasan Manzhumah Al Baiquniyah Ilmu Musthalah Hadits
Penjelasan Baiquni Mushthalah hadits
أبدأ
بالحمد مصلّيا على
|
(1)
|
محمّد
خير نبي أرسلا
|
وذي
من أقسام الحديث عدّة
|
(2)
|
وكلّ
واحد أتى وحدّه
|
Mushannif kitab ini yakni
Syeikh Umar bin Muhammad al Baiquni memulai tulisannya dengan memuji
Allah serta membaca shalawat kepada kanjeng Nabi Muhammad rasul paling mulia. Nazham ini membahas pembagian
hadits yang akan disampaikan beserta pengertiannya.
Sebelum dilanjutkan pada bait-bait tentang pembagian
hadits dalam ilmu musthalah hadits (مصطلاح الحديث) perlu diketahui terlebih
dahulu sebagian mabadi (dasar-dasar)
ilmu ini, juga istilah-istilah yang sering disebutkan.
- Ta’rif ilmu musthalah hadits adalah ilmu tentang pokok-pokok dan kaidah-kaidah
untuk mengetahui keadaan sanad dan matan dari segi diterima dan ditolak.
- Sasaran ilmu musthalah hadits adalah sanad
dan matan hadits dari sisi diterima dan ditolak.
- Faidahnya ilmu ini adalah membedakan hadits
yang benar dan yang mempunyai penyakit.
- Hadits adalah perkara yang disandarkan kepada
kanjeng Nabi baik berupa ucapan, perbuatan, sifat atau katetepan.
Katetepan itu saperti ada sebagian sahabat memakan hewan dhobb (kadal
gurun) tapi kanjeng nabi tidak melarang meski beliau tahu.
- Hadits (حديث - أحاديث) terkadang disebut juga
khobar (خبر
- أخبار)
atau sunnah (سنة
- سُنَن)
- Sanad adalah silsilah
orang-orang yang menyampaikan matan
- Matan adalah ucapan setelah akhir sanad
- Rawi (راوي - رُوَاة) adalah orang yang
meriwayatkan (menceritakan) hadits.
PEMBAGIAN HADITS I
Melihat kuat dan lemahnya hadits terbagi tiga; 1) shahih, 2) hasan, dan
3) dha’if.
Hadist Shahih ( الصحيح )
أوّلها
الصحيح وهو ما اتّصل
|
(3)
|
إسناده
ولم يشذّ أو يعلّ
|
يرويه
عدل ضابط عن مثله
|
(4)
|
معتمد
في ضبطه ونقله
|
Hadits shahih
adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil yang sampurna dhobitnya,
sanadnya Muttashil, tidak ada illat dan syadz.
·
Adil adalah muslim, balig,
berakal , tidak pernah berbuat dosa besar, tidak terus menerus berbuat dosa kecil,
dan menjaga muru`ah
(kehormatan diri).
·
Dhobit ( ضَبْط ) ada dua yaitu kuat hapalan dan teliti catatan.
·
Muttashil artinya sanadnya bersambung dari awal sampai akhir.
·
Illat (
علّة )
adalah perkara yang mencacatkan hadits seperti hadits mursal tapi diriwayatkan
muttashil
·
Syadz (
شُذُوذ )
adalah menyalahi hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih terpercaya
(ثِقَة)
Contoh hadits shahih: hadits yang diriwayatkan oleh Imam al Bukhori,
beliau berkata:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ
عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى
أُمَّتِي أَوْ عَلَى النَّاسِ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ صَلَاةٍ
Hadits Hasan ( الحسن )
والحسن
المعروف طرقا وغدت
|
(5)
|
رجاله
لا كالصحيح اشتهرت
|
Hadits hasan
adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhobit tapi tidak
sampurna, yang Muttashil sanadnya dan selamat dari syadz dan illat.
Contohnya hadits yang diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi, beliau
berkata:
حَدَّثَنَا
أًبُو كُرَيْب حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى
أُمَّتِي أَوْ لَأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلَاةٍ
Muhammad
bin Amr masyhur kejujurannya tapi tidak termasuk orang yang sangat kuat hapalannya.
Hadits Dha’if ( الضَعيف )
وكلّ
ما عن رتبة الحسن قصر
|
(6)
|
فهو
الضعيف وهو أقساما كثر
|
Hadits yang
tidak memenuhi syarat hadis hasan apalagi shahih, ragamnya banyak seperti mudhtharib,
maqlub, maudhu’, munkar, mursal, mu’dhal, maqthu’, dan syaddz.
PEMBAGIAN HADITS II
Melihat kepada siapa hadits disandarkan, ia terbagi empat;
1) hadits qudsi, 2) hadits marfu’, 3) hadits mauquf, 4) hadits maqthu’.
Hadits
Qudsi ( الحديث القدسي )
Hadits adalah
hadits yang disandarkan oleh Kanjeng Nabi kepada Gusti Allah. Contohnya hadits riwayat
Imam Bukhori:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِينَ مَا لَا
عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ.. (الحديثَ)
Perbedaan Hadits Qudsi dan Quran diantaranya:
·
Qur`an lafazh dan maknanya dari
Allah, sedangkan hadits qudsi maknanya dari Allah lafazhnya dari kanjeng Nabi
·
Qur`an merupakan mu’jizat,
hadits qudsi bukan
·
Qur`an diriwayatkan secara mutawatir,
hadits qudsi tidak disyaratkan mutawatir
Marfu’ (
المرفوع )
وما
أضيف للنبيّ المرفوع
|
(7)
|
......................................
|
Hadits
marfu’ adalah hadits yang disandarkan kepada Kanjeng Nabi
Mauquf (
الموقوف )
وما
أضفته إلى الأصحاب من
|
(15)
|
قول
وفعل فهو موقوف زكن
|
Hadits
Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat. Contohnya seperti perkataan Imam Bukhori: “وَأَمَّ ابْنُ
عَبَّاسٍ وَهُوَ مُتَيَمِّمٌ”
Maqthu’ (
المقطوع )
......................................
|
(7)
|
وما
لتابع هو المقطوع
|
Hadits
maqthu’ adalah hadits yang disandarkan kepada tabi’in atau generasi setelah
tabi’in, saperti perkataan
Imam Bukhori:
“وَقَالَ الْحَسَنُ صَلِّ وَعَلَيْهِ بِدْعَتُهُ”
MACAM-MACAM HADITS LAINNYA
(YANG ADA PADA HADITS SHAHIH, HASAN DAN DHA’IF)
Hadits Musnad ( المسند )
والمسند
المتّصل الإسناد من
|
(8)
|
راويه
حتّى المصطفى ولم يبن
|
Hadits
Musnad adalah hadits yang sanadnya tersambung sampai Kanjeng Nabi
Hadits Muttashil ( المتصل )
وما
بسمع كلّ راو يتّصل
|
(9)
|
إسناده
للمصطفى فالمتّصل
|
Hadits
Muttashil adalah hadits yang tersambung sanadnya, dengan gambaran setiap
rawi mendengar dari rawi seatasnya sampai akhir, baik akhirnya adalah Kanjeng Nabi
atau sahabat.
Hadits Musalsal ( المسلسل )
مسلسل
قل ما على وصف أتى
|
(10)
|
مثل
أما والله أنبأني الفتى
|
كذاك
قد حدّثنيه قائما
|
(11)
|
أو
بعد أن حدّثني تبسّما
|
Hadits
Musalsal adalah hadits yang setiap rawinya berkesesuaian pada satu sifat
baik ucapan atau perbuatan.
·
Contoh musalsal yang berupa ucapan hadits yang setiap
rawinya meriwayatkan menggunakan Shigat:
حَدَّثَنِي atau
أَنْبَأَنِي
·
Contoh musalsal yang berupa
perbuatan seperti yang disebutkan
oleh Syeikh al Baiquni قَدْ حَدَّثَنِيهِ
قَائِمًا/ بَعْدَ أَنْ حَدَّثَنِيهِ تَبَسُّمًا dan seperti
hadits riwayat Abu Hurairah:
شَبَّكَ
بِيَدِي أَبُو الْقَاسِمِ ﷺ وَقَالَ: خَلَقَ اللهُ الْأَرْضَ يَوْمَ السَّبْتِ
Setiap rawi
memasukan jari-jarinya pada sela-sela jari muridnya sebagaimana Kanjeng Nabi berbuat kepada Abu Hurairah.
PEMBAGIAN HADITS III
Melihat banyak dan sedikitnya jalur (طَرِيق - طُرُق), hadits terbagi dua;
1) mutawatir, dan 2) ahad.
Hadits Mutawatir ( المتواتر )
Hadits
mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang banyak
dari derajat awal sampai akhir yang mustahil secara adat sepakat berbohong. Contohnya:
مَن كَذَبَ عَليَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
Hadits ini diriwayatkan
oleh 102 sahabat. Hadits mutawatir dipastikan shahih dan diterimanya sebab banyaknya
orang yang meriwayatkan.
Hadits Ahad (
الآحاد )
Hadits ahad adalah hadits yang tidak memenuhi syarat
mutawatir. Bagian hadits ahad ada tiga;
1) gharib, 2) ‘aziz, dan 3) masyhur.
Hadits Gharib ( الغريب )
......................................
|
(16)
|
وقل
غريب ما روى راو فقط
|
Hadits gharib
adalah yang diriwayatkan oleh satu rawi walaupun pada tingkatan pertama saja. Contohnya hadits riwayat Umar bin Khotthob:
سَمِعْتُ
رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ
إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ
يَنْكِحُهَا فَهٍجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إَلَيْهِ. رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Hadits Aziz ( العزيز )
عزيز
مروي اثنين أو ثلاثة
|
(12)
|
......................................
|
Hadits
‘aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua atau tiga rawi walaupun pada
tingkatan pertama saja. Contohnya
hadits riwayat Anas bin
Malik dan Abu Hurairah:
لَا يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ.
Hadits Masyhur ( المشهور )
......................................
|
(12)
|
مشهور
مروي فوق ما ثلاثة
|
Hadits
masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari tiga rawi tapi tidak
sampai kepada tingkatan mutawatir. Keterangan ini menurut Syeikh al Baiquni, menurut ulama lainnya
hadist aziz diriwayatkan oleh dua rawi, hadits masyhur diriwayatkan oleh tiga rawi
atau lebih. Contohnya hadits riwayat
Abdullah bin Amr bin Ash, Ziyad bin Labid, Aisyah, dan Abu Hurairah:
إِنَّ
اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ النَّاسِ وَلَكِنْ
يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا
اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ
فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا.
MACAM-MACAM HADITS LAINNYA
Hadits Mu’an’an
( المعنعن )
معنعن
كعن سعيد عن كرم
|
(13)
|
......................................
|
Hadits
mu’an’an adalah hadits yang diriwayatkan menggunakan lafazh عن tanpa lafazh sharih yang berarti mendengar, menceritakan
atau mengabarkan. Contohnya hadits riwayat Ibnu Majah:
حدثنا
عُثْمان بنُ أبي شَيْبَةَ ثنا مُعَاوِيَة بن هِشام ثنا سُفيان عن أُسامَةَ بن زيد
عن عثمان بن عُروة عن عروة عن عائشة قالت قال رسول الله ﷺ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى مَيَامِنِ الصُّفُوفِ.
Hadits Mubham
( المبهم )
......................................
|
(13)
|
ومبهم
ما فيه راو لم يسمّ
|
Hadits
Mubham adalah hadits yang tidak disebutkan nama rawinya akan tetapi
disamarkan. Contohnya:
حديث رَافِعِ
بْنِ خَدِيجٍ عَنْ عَمِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ نَهَى عَنِ الْمُخَابَرَةِ.
Rofi tidak menyebutkan nama saudara ayahnya (عَمِّهِ), pada riwayat
yang lain diketahui bahwa namanya adalah Zhuhair bin Rofi. Hadits mubham ini sebagaimana pendapat Syeikh
‘Athiyah al Ajhuri hukumnya ditolak bila
kesamaranya terdapat dalam sanad.
Hadits/Sanad Ali
dan Hadits/Sanad
Nazil (السند العالي والسند النازل )
وكلّ
ما قلّت رجاله علا
|
(14)
|
وضدّه
ذاك الذي قد نزلا
|
Sanad ali
adalah sanad yang lebih sedikit rawinya dibanding jalur lainnya. Sanad
nazil adalah sanad yang lebih banyak rawinya dibanding jalur lainnya. Contoh sanad ali seperti hadits riwayat
Imam Bukhori:
حَدَّثَنَا
الْمَكِّيُّ بن إبراهيم قال حدثنا يَزِيد بن أبي عُبَيْد عن سَلَمَةَ قال كُنَّا
نُصَلِّي مع النبيِّ ﷺ المَغْرِبَ إذَا تَوَارَتْ بِالحِجَابِ
Hadits ini disebut sanad ali dibandingkan hadits yang sama riwayat
Imam Muslim:
حدثنا
قُتَيْبَةُ بنُ سَعِيدٍ حدثنا حَاتِمٌ وهو بن إسماعيلَ عن يَزِيدَ بنِ أبي عُبَيدٍ
عن سَلَمَةَ بنِ الْأَكْوَعِ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ كَانَ يُصَلِّي
الْمَغْرِبَ إِذَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ وتَوَارَتْ بالحِجَابِ.
Hadits ini disebut sanad nazil dibandingkan
hadits riwayat Imam Bukhori
tadi.
PEMBAGIAN HADITS VI
melihat pada
diterima dan ditolaknya hadits terbagi dua bagian; 1) maqbul dan, 2) mardud.
Hadits Maqbul (
المقبول )
Hadits
maqbul adalah hadits yang diterima. Yang masuk pada kategori hadits
maqbul adalah hadits shahih dan hasan.
Hadits Mardud (
المردود )
Hadits
mardud adalah hadits yang ditolak. Yang mardud adalah hadits Dha’if.
Hadits mardud terbagi 2 adalah: 1) mardud
sebab ada sanad yang gugur, dan 2) mardud sebab ada cacat pada rawi.
Hadits Mardud Sebab Ada Sanad yang Gugur
Hadits mardud sebab ada sanad yang gugur banyak ragamnya, yaitu:
1) mursal, 2) munqathi’, 3) mu’dhal, 4) mudallas, 5) mu’allaq.
Hadits Mursal ( المرسل )
ومرسل
منه الصّحابّي سقط
|
(16)
|
......................................
|
Hadits
mursal adalah hadits yang diangkat oleh tabiin langsung kepada Nabi. Contohnya:
روى
أبو داود في المراسيل عن أبى العالية قال ” جاء رجل في بصره ضر، فدخل المسجد ورسول
الله يصلى بأصحابه فتردى في حفرة كانت بالمسجد، فضحكت
طوائف منهم، فلما قضى رسول الله أمر من كان ضحك منهم أن يعيدوا
الوضوء ويعيدوا الصلاة “
Hadits Munqathi’ (
المنقطع )
وكلّ
ما لم يتّصل بحال
|
(17)
|
إسناده
منقطع الأوصال
|
Hadits
munqithi’ adalah hadits yang gugur dari sanadnya satu rawi sebelum
sahabat pada satu tempat. Contohnya:
روى
عبد الرزاق عن الثوري عن أبي إسحاق عن زيد بن يثيع عن حذيفة مرفوعا إن وليتموها
أبا بكر فقوي أمين
Gugur satu rawi
di antara at Tsauri dan Abu Ishaq yaitu Syarik.
Hadits Mu’dhal ( المعضل )
والمعضل
الساقط منه اثنان
|
(18)
|
......................................
|
Hadits mu’dhal
adalah hadits yang gugur dari sanadnya dua rawi secara terus menerus seperti
ucapan Imam Malik:
بلغني
عن أبي هريرة أن رسول الله ﷺ قال للمملوك طعامه وكسوته بالمعروف
ولا يكلف من العمل إلا ما يطيق
Gugur dua rawi
dari hadits ini yaitu Muhammad bin ‘Ajlan dan ayahnya.
Hadits Mudallas ( المدلّس )
.....................................
|
(18)
|
وما
أتى مدلّسا نوعان
|
الأوّل
الإسقاط للشيخ وأن
|
(19)
|
ينقل
عمّن فوقه بعن وأنّ
|
والثاني
لا يسقطه لكن يصف
|
(20)
|
أوصافه
بما به لا ينعرف
|
Hadits
Mudallas adalah hadits yang zhohirna bagus padahal ada cacat yang samar pada
sanadnya. Mudallas terbagi dua; 1) tadlisul isnad, dan 2) tadlisussyuyukh.
·
Tadlisul Isnad ( تدليس الإسناد ) adalah rawi tidak nyebutkan
gurunya tapi langsung kepada guru di atasnya menggunakan lafaz yang tidak sharih
saperti عن dan أنَ
·
Tadlisus Syuyukh ( تدليس الشيوخ ) adalah rawi tidak ngagugurkan gurunya
tapi nyebutkan sifat yang tidak masyhur dari gurunya. Contohnya ucapan
Abu Bakr bin Mujahid:
"حدثنا عبد الله بن أبي عبد الله" yang
dimaksud oleh beliau adalah Abdullah bin Abu Dawud as Sijistani.
Hadits Mu’allaq ( المعلّق )
Hadits mu’allaq adalah hadits yang gugur dari awal sanadnya satu
rawi atau lebih, saperti ucapan tabit tabiin “berkata sohabat” dan seperti
hadits:
قال
ابن عبد البر: ثبت عن النبي ﷺ أنه قال ما من مسلم يمر على قبر أخيه
كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا رد الله عليه روحه حتى يرد عليه السلام
Hadits Mardud Sebab Ada Cacat pada Rawi
Hadits mardud sebab ada cacat pada rawi ada beberapa
bagian, yaitu: 1) syaddz, 2) maqlub, 3) mu’allal, 4) mudhtharib, 5) mudraj, 6)
munkar, 7) matruk, 8) maudhu’.
Hadits Syaddz ( الشاذّ )
وما
يخالف ثقة فيه الملا
|
(21)
|
فالشاذّ
..........................
|
Hadits
syaddz adalah tatkala rawi yang tsiqah menyalahi rawi-rawi tsiqah lainnya
atau menyalahi satu rawi yang lebih tsiqah dengan menambahkan atau mengurangi baik
dalam sanad atau dalam matan.
·
Contoh hadits syaddz dalam sanad riwayat Hammad bin Zaid:
عَنْ
عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَوْسَجَةَ أَنَّ رَجُلًا مَاتَ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَدَعْ لَهُ وَارِثًا إِلَّا
عَبْدًا هُوَ أَعْتَقَهُ فَدَفَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مِيرَاثَهُ إِلَيْهِ
Hammad bin Zaid yang
merupakan rawi tsiqah menyalahi rawi-rawi tsiqah lainnya yaitu Sufyan bin ‘Uyainah dan Abdul Malik bin Juraij, beliau berdua meriwayatkan hadits ini
dari ‘Amr bin Dinar dari ‘Ausajah dari Ibnu Abbas.
·
Contoh hadits syaddz dalam matan tambahan
lafazh “يوم عرفة” pada hadits:
يوم عرفة ويوم
النحر وأيام التشريق عيدنا أهل الإسلام وهي أيام أكل وشرب
hadits ini
dalam semua jalur tanpa ada lafazh “يوم عرفة” tambahan ini hanya ada dalam riwayat Musa bin Ali bin Robah dari
ayahnya dari ‘Uqbah bin ‘Amir.
Hadits Maqlub ( المقلوب )
......................................
|
(21)
|
..........
والمقلوب قسمان تلا
|
إبدال
راو ما براو قسم
|
(22)
|
وقلب
إسناد لمتن قسم
|
Hadits
maqlub ada dua macam:
·
Mengganti satu rawi yang
masyhur dengan hadits tertentu dengan rawi lainnya pada tingkatannya agar menjadi
gharib yang disukai. Contohnya hadits
yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin Khalid al Harani dari Hammad bin ‘Amr an
Nashibi dari A’masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah berupa hadist marfu’:
إذا
لقيتم المشركين في الطريق فلا تبدءوهم بالسلام (الحديثَ)
hadits ini sebagaimana perkataan al ‘Uqoili dirobah sanadnya
oleh Hammad bin ‘Amr, sanad yang masyhur adalah dari Suhail bin Abu Shalih dari
ayahnya dari Abu Hurairah, bukan dari A’masy.
·
Mengganti sanad sempurna dari
satu hadits dengan sanad sempurna hadits lainnya dengan tujuan menguji hapalan
muhaddits.
Hadits Mu’allal ( المعلّل )
وما
بعلّة غموض أو خفا
|
(24)
|
معلّل
عندهم قد عرفا
|
Hadits
Mu’allal adalah yang zhohirnya
selamat tapi ada cacat setelah diteliti contohnya hadits riwayat Ibnu Juraij dalam riwayat at
Tirmidzi dan lainnya dari Musa bin ‘Uqbah dari Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah Kangjeng Nabi ﷺ bersabda:
من جلس
مجلسًا كثُر فيه لَغطُه فقال قبل أن يقومَ سبحانك اللَّهمَّ وبحمدِك لا إلهَ إلَّا
أنت أستغِفرُك وأتوبُ إليك إلَّا غُفر له ما كان في مجلسِه ذلك
Hadits ini sebenarnya diriwayatkan oleh Musa bin Ismail dari Wuhaib
bin Khalid al Bahili dari
Suhail yang disebutkan tadi dari
‘Aun bin Abdillah, oleh karena itu al Bukhori menyebutkan bahwa hadits ini mu’allal, beliau berkata “Hadits ini diriwayatkan
dari Musa bin Ismail, adapun Musa bin ‘Uqbah maka tidak diketahui beliau
mendengar hadits ini dari Suhail.”
Hadits Mudhtharib ( المضطرب )
وذو
اختلاف سند أو متن
|
(25)
|
مضطرب
عند أهيل الفنّ
|
Hadits mudhtharib
adalah hadits yang sanadnya atau matanya berbeda-beda dari
para rawi dengan mendahulukan atau
mengakhirkan atau menambahkan atau mengurangi.
·
Contohnya dalam sanad hadits:
إذا
صلى أحدكم فَلْيَجْعَلْ تِلْقَاءَ وجهه شيئا، فإن لم يجد، فَلْيَنْصِبْ عَصًا، فَإِنْ
لَمْ يَجِدْ، فَلْيَخُطَّ خَطًّا، ثم لا يَضُرُّهُ مَا مَرَّ بَيْنَ يَدَيْهِ.
Bisyr bin al Mufaddhal dan Ruh bin al Qasim meriwayatkan hadits ini dari Ismail bin Umayyah dari Abu ‘Amr bin Muhammad
bin Harits dari ayahnya dari Abu
Hurairah. Rawi-rawi selain Bisyr
dan Ruh meriwayatkan hadits ini dari
Ismail bin Umayyah dari jalur-jalur
yang berbeda-beda.
·
Contoh dalam matan hadits Fathimah binti Qais beliau
berkata “ saya bertanya kepada Kanjeng
Nabi ﷺ atau Kanjeng
Nabi ﷺ
ditanya tentang zakat maka beliau menjawab:
إن في
المال حقا سوى الزكاة
Seperti ini
diriwayatkan oleh at Tirmidzi, sedangkan Ibnu Majah meriwayatkannya dari Fathimah binti
Qais tadi dengan lafazh:
ليس في
المال حق سوى الزكاة
Hadits Mudraj ( المدرج )
والمدرجات
في الحديث ما أتت
|
(26)
|
من
بعض ألفاظ الرواة اتّصلت
|
Hadits mudraj
adalah hadits yang terdapat lafazh tambahan dari
para rawi secara bersambung
dan disangka termasuk
matan hadits. Contohnya:
أسبغوا
الوضوء ويل للأعقاب من النار.
Hadits ini diriwayatkan
oleh Syababah bin Sawwar dan rawi lainnya dari Syu’bah dari Muhammad bin Ziyad dari Abu Hurairah dengan memarfu’kan dua jumlah, yang sebenarnya sabda Kanjeng Nabi ﷺ hanya ويل للأعقاب من
النار adapun jumlah أسبغوا
الوضوء itu perkataan Abu
Hurairah.
Hadits Munkar ( المنكر )
والمنكر
الفرد به راو غدا
|
(30)
|
تعديله
لا يحمل التفرّدا
|
Hadits
munkar adalah tatkala rawi menyendiri dengan meriwayatkannya
yang rawi ini tidak sampai pada derajat diampuni bila berbeda pada rawi lainnya,
gambarannya rawinya dha’if atau
mastur (tidak masyhur sifat tsiqahnya).
Contohnya hadits yang diriwayatkan oleh an Nasai dan Ibnu Majah dari riwayat
Abu Zukair Yahya bin Muhammad bin Qais dari Hisyam bin ‘Urwah dari
ayahnya dari Aisyah berupa hadits marfu’:
كُلُوا
الْبَلَحَ بِالتَّمْرِ فإن ابن آدم إذا أكله غضب الشيطان.
An Nasai berkata
hadits ini munkar, Abu Zukair menyendiri dalam meriwayatkannya, beliau orang
soleh tapi tidak sampai pada derajat diampuni bila menyendiri dalam meriwayatkan.
Hadits Matruk ( المتروك )
متروكه
ما واحد به انفرد
|
(31)
|
وأجمعوا
لضعفه فهو كردّ
|
Hadits
matruk adalah hadits yang diriwayatkan hanya oleh rawi yang disepakati Dha’ifnya karena dicurigai berbohong atau fasiq atau banyak lupa atau banyak salah. Contohnya hadits riwayat ‘Amr bin Syamir al Ju’fi al Kufi dari Jabir bin Abit Thufail dari Ali dan
‘Ammar
كان
النبي صلى الله عليه وسلم يقنت في الفجر ويكبر يوم عرفة من صلاة الغداة ويقطع
التكبير بعد صلاة العصر آخر أيام التشريق.
An Nasai dan ad Daroquthni juga rawi lainnya berkata
‘Amr bin Syamir adalah rawi matruk.
Hadits Maudhu’ ( الموضوع )
والكذب
المختلق المصنوع
|
(32)
|
على
النبي فذلك الموضوع
|
Hadits maudhu’ adalah yang dibohongkan dan dibuat-buat dan
dikarang atas nama Kanjeng Nabi.
Contohnya:
لقيمة في بطن جائع خير من بناء ألف
جامع
MACAM-MACAM HADITS LAINNYA
Hadits Fard ( الفرد )
والفرد
ما قيّدته بثقة
|
(23)
|
أو
جمع أو قصر على رواية
|
Hadits
Fard adalah hadits yang diqaidi dengan satu rawi tsiqah
atau satu golongan ahli negara
atau “tidak meriwayatkan dari Fulan selain
Fulan”.
·
Contoh yang diqaidi dengan satu rawi tsiqah:
كَانَ يَقْرَأُ فِي الأضحى والفطر
بِقٓ وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ وَاقْتَرَبَتْ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ
Tidak ada rawi
tsiqah yang meriwayatkan hadits ini salian Dhamrah bin Sa’id al Mazini, beliau menyendiri dengan hadits ini dari Ubaidullah bin Abdillah dari
Abu Waqid al Laitsi (HR. Muslim, At Tirmidzi, Abu Dawud)
·
Contoh yang diqaidi dengan satu golongan ahli negara:
حَديث
أَبُو داود الطَّيَالِسِيّ عن هَمَّام عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الخدري قَالَ أَمَرَنَا رسول الله ﷺ أَنْ نَقْرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
وَمَا تَيَسَّرَ
Al Hakim berkata nyebutkan perintah ini hanya diriwayatkan
oleh ahli Bashroh dari awal sanad sampai dengan akhir
·
Contoh yang diqaidi dengan rawi tertentu dari satu rawi hadits riwayat ashhabus sunan yang
empat )ِAbu Dawud, an Nasai, at Tirmidzi, Ibnu Majah) dari jalur Sufyan
bin ‘Uyainah dari
Wail bin Dawud dari putranya
Bakr bin Wail dari az Zuhri dari Anas:
أن
النبي صلى الله عليه وسلم أولم على صفية بسويق وتمر
Abul Fadhl
bi Thohir berkata “ Hadits ini gharib tidak diriwayatkan dari Bakr selain oleh ayahnya,
dan tidak diriwayatkan dari Wail selain oleh Ibnu ‘Uyainah”.
Mudabbaj/ Riwayatul Aqran (
المدبج وَرواية الأقران )
وما
روى كلّ قرين عن أخه
|
(27)
|
مدبّج
فاعرفه حقّا وانتخه
|
Mudabbaj adalah
hadits yang diriwayatkan oleh rawi dari rawi yang satu tingkatan, saperti bila Abu Hurairah meriwayatkan
dari Aisyah, Malik dari al Auza’i atau sebaliknya.
Muttafiq Muftariq (
المتّفق وَالمفترق )
متّفق
لفظا وخطا متّفق
|
(28)
|
وضدّه
فيما ذكرنا المفترق
|
Muttafiq
Muftariq adalah tatkala nama-nama rawinya
sama dalam lafazh dan tulisan
tapi beda orang, saperti Abdullah nama dari sahabat Ibnu Umar, Ibnu Zubair, Ibnu
Abbas, Ibnu ‘Amr bin al ‘Ash, dan Ibnu Mas’ud. al Kholil bin Ahmad nama dari 6 rawi.
Mu`talif Mukhtalif ( المؤتلف وَالمختلف )
مؤتلف
متّفق الخطّ فقط
|
(29)
|
وضدّه
مختلف فاخش الغلط
|
Mu`talif
Mukhtalif adalah tatkala nama rawinya sama
dalam tulisan tapi beda pelafazhannya saperti أسيد ada yang namanya usaid ada yang asid , عمارة semuanya umaroh selain sahabat Ubay bin Imaroh.
KITAB-KITAB HADITS YANG MASYHUR
Diantara
kitab-kitab hadits ada yang disebut as Shahihain (الصحيحين), yaitu:
صحيح
البخاري، محمد بن إسماعيل ( ت 256 ه)
صحيح
مسلم ( ت 261 ه)
Dua kitab ini
merupakan kitab hadits paling
shahih. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori
dan Imam Muslim dari sahabat yang sama disebut muttafaq ‘alaih (متفق عليه).
Ada juga
istilah al Ushul as Sittah ( الأصول الستة ), yakni enam kitab pokok dalam Hadits, yaitu dua kitab tadi dan empat kitab lagi:
سنن
أبي داود (ت 275 ه)
سنن
الترمذي (ت 279 ه)
سنن
النسائي، (ت 302 ه)
سنن
ابن ماجه (ت 275 ه)
Sebagian ulama menggugurkan
sunan Ibnu Majah diganti dengan
muwattho` Imam Malik atau sunan ad Darimi.
Istilah yang masyhur juga al kutubut tis’ah (الكتب التسعة),
yakni sembilan kitab hadits yang paling masyhur, yaitu enam kitab tadi ditambah tiga kitab:
موطأ
مالك بن أنس (ت 179ه)
مسند
أحمد بن حنبل (ت 214 ه)
سنن
الدارمي، (ت 255 ه)
Selain embilan
kitab tersebut ada
juga kitab-kitab yang sering menjadi
rujukan yaitu:
صحيح
ابن خزيمة (ت 311 ه)
صحيح
ابن حبان (ت 354 ه)
المستدرك على الصحيحين للحاكم (ت 405 ه)
سنن
البيهقي (ت 458 ه)
سنن الدارقطني (ت 385 ه)
مسند
أبي يعلى (ت 307 ه)
مسند
الفردوس للديلمي (ت 558 ه)
مسند
البزار (ت 558 ه)
المعجم
الكبير للطبراني (ت 292 ه)
KHATIMAH
وقد
أتت كالجوهر المكنون
|
(33)
|
سمّيتها
منظومة البيقوني
|
فوق
الثلاثين بأربع أتت
|
(34)
|
أقسامها
ثمّ بخير ختمت
|
Untaian biat-bait ini oleh
nazhim dinamai Manzhumah al
Baiquni yang seperti intan permata yang tersembunyi. Jumlah
bait dalam manzhumah ini tiga puluh empat. Penutup ini merupakan penghujung dari manzhumah al Baiquni semoga diakhiri dengan kebaikan yang berupa rohmat dan keberkahan dari Allah yang maha agung.
والله
أعلم بالصواب وإليه المرجع والمآب. وصلى الله عل سيدنا محمد خاتم الرسل والحمد لله
رب العالمين
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Mahmud at Thahhan. 1423/ 2002. “Taisir Musthalah al Hadits”. Mandalay, Myanmar: Maktabah al Haromain.
Sayyid Abdul Majid al Ghouri, 1440/ 2019. “ al Muyassar
fi ‘Ilm Musthalah al Hadits”
.Selangor, Malaysia: Darul Syakir.
Syaikh Hasan Sulaiman an Nuri & Sayyid Alawi Abbas al
Maliki. 1424/ 2004. “Ibanat al Ahkam Syarh Bulugh al Marom”. Beirut,
Lebanon: Dar al Fikr.
Syaikh ‘Athiyah al Ajhuri. 1425/ 2004. “Hasyiyah ‘ala
Syarh al Manzhumah al Baiquniyah lis Syaikh Muhammad Bin Abdil Baqi az Zarqoni”.
Beirut, Lebanon: Dar al Olehtub al Ilmiyah.
Syaikh Muhammad Mahfuzh at Tarmasi “Manhaj Dzawi an
Nazhor Syarh Manzhhumah Ilm al Atsar lis Suyuthi”. Al Haromain.
Syeikh Hafizh Hasan al Mas’udi. “Minhat al Mughits fi
Ilmi Musthalah al Hadits”. Surabada: Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa
Auladih.
Pondok Pesantren al Falah Ploso Kediri. “Taqrirot
Manzhumat al Baiquni”