Wednesday, April 6, 2022

HUKUM ISLAM SEPUTAR PUASA

HUKUM ISLAM SEPUTAR PUASA


 

Arti Puasa

Puasa (shaum atau shiyam) secara bahasa berarti menahan (imsak). Puasa dalam istilah fiqh berarti menahan diri dari pembatalan puasa disertai dengan niat dari terbitnya fajat sampai terbenamnya matahari.

Hukum Puasa

Puasa pada bulan Ramadhan hukumnya wajib bagi orang yang telah memenuhi syarat wajib. Ketentuan ini didasarkan pada QS. Al Baqarah 2/183:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Selain Puasa di bulan Ramadhan ada puasa wajib lainnya seperti puasa qadha, puasa kafarah, dan puasa nadzar. Selain puasa wajib ada juga puasa sunat yang dapat dilakukan kapan saja sepanjang tidak dilakukan pada hari-hari diharamkan berpuasa, yaitu pada hari raya idul fithri dan idul adha, dan tiga hari tasyriq tanggal 11, 12 dan 13 Dzul Hijjah.

Penetapan masuknya bulan Ramadhan dihasilkan dari melihat hilal (bulan tanggal pertama) di akhir bulan sya’ban dengan kesaksian dari orang yang adil. Apabila hilal didak tampak pada tanggal 29 bulan Sya’ban maka ia disempurnakan menjadi 30 hari.

Syarat Wajib Puasa

Puasa Ramadhan menjadi wajib bagi orang yang memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Islam

2. Baligh

3. Berakal sehat

4. Mampu berpuasa. Orang sakit yang tidak mampu berpuasa tidak berkewajiban puasa, tapi dia wajib menggatinya di luar bulan Ramadhan. sedangkan orang tua dan orang sakit yang tidak ada harapan sembuh cukup mengganti puasa dengan membayar fidyah satu mud (680 gr) beras  perhari.

Syarat Sah Puasa

Puasa dihukumi sah dengan syarat-syarat berikut:

1. Islam

2. Tamyiz, puasa dihukumi sah bila yang berpuasa telah sampai pada usia tamyiz meskipun belum baligh. Tamyiz ditandai dengan telah mampu beristinja (cebok) tanpa bantuan orang lain dengan benar.

3. suci dari haid dan nifas

4. dilaksanakan pada hari yang tidak diharamkan berpuasa.

Rukun Puasa

Rukun puasa ada dua: 1) niat, 2) menahan diri dari hal-hal yang membatalkan.

Niat pada puasa wajib harus dilakukan sebelum fajar (subuh). Ketentuan ini sesuai dengan sabda Nabi Saw:

مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

Artinya: Barang siapa tidak membulatkan niat puasa sebelum fajar maka tidak sah puasanya. (HR. Abu Dawud, Attirmidzi, dan Annasai)

Adapun puasa sunat maka tidak diwajibkan niat pada malam hari, melainkan cukup niat pada pagi hari asalkan belum melakukan hal yang membatalkan.

Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Perkara yang dapat membatalkan puasa ada sembilan, yaitu:

1. Masuknya sesuatu ke dalam tubuh dari lubang yang berpangkal pada organ dalam; mulut, telingan, pangkal hidung, qubul, dan dubur.

2. Muntah dengan sengaja

3. Bersenggama (jimak)

4. Keluar mani dengan disengaja

5. Hilang kesadaran, disebabkan gila meski sebentar, atau disebabkan pingsan dan mabuk bila terjadi sepanjang siang hari.

6. Haid

7. Nifas

8. Melahirkan

9. Murtad.

Kesunahan-kesunahan dalam Berpuasa

1. Makan sahur, sebaiknya diakhirkan sepanjang tidak hawatir masuk waktu subuh

2. Menyegerakan berbuka

3. Berbuka dengan buah kurma atau minum air

4. Berdoa setelah buka puasa dengan doa apa saja, lebih utama bila membaca doa yang diajarkan Nabi Saw seperti doa berikut:

اَللّٰهُمَّ لَكَ صُمۡتُ وَعَلَى رِزۡقِكَ أَفۡطَرۡتُ فَتَقَبَّلۡ مِنِّي إِنَّكَ أَنۡتَ السَّمِيعُ الۡعَلِيمُ، ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابۡتَلَّتِ الۡعُرُوقُ وَثَبَتَ الۡأَجۡرُ إِنۡ شَاءَ اللهُ

Artinya: Ya Allah untuk-Mua aku berpuasa dan atas rizkimu aku berbuka maka terimalah amalku sesungguhnya Engkau maha mendengar lagi maha mengetahui. Telah hilang dahaga, basah urat-urat, dan pahala telah tetap insyaallah.

5. Memberi buka kepada orang yang berpuasa

6. Banyak membaca Al Quran, lebih baik dikhatamkan

7. Memperbanyak sedekah

8. Memperbanyak i’tikaf, apalagi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan

Hal-hal yang dapat Merusak Pahala Puasa:

1. Melakukan maksiat lisan, seperti berbohong, dan ghibah, bertengkar

2. Tidak menjaga diri dari syahwat, seperti melihat hal yang diharamkan.

No comments:

Post a Comment

RANGKUMAN KITAB MANZHUMAH AL BAIQUNIYAH ( BAHASA SUNDA)

RANGKUMAN KITAB MANZHUMAH AL BAIQUNIYAH DINA ILMU MUSHTHOLAH HADITS   MUQODDIMAH ·    Ta’rif i lmu mushtholah hadits nyaeta elmu nge...