Menu

Saturday, April 5, 2014

Syair-syair dalam Kitab Ta'lim Muta'allim & Terjemah

 Syair-syair dalam Kitab Ta'lim Muta'allim & Terjemah

Kitab Ta'lim Muta'allim yang banyak dipelajari di pesantren mengutip banyak sekali syair penuh hikmah. pada posting ini saya menghimpun sebagian besar syair tersebut dan menyusunnya per tema tidak berdasarkan bab kitabnya. Saya menuliskan bahar setiap syair dengan rumus (ط) untuk bahar thowil, (ب) untuk bahar basith, (و) untuk bahar wafir, (ك) untuk bahar kamil, dan (خ) untuk bahar khofif. Sebagian syair saya cantumkan nama pengarangnya, sebagian lain tidak saya temukan nama penggubahnya. Untuk mendownload dalam format Pdf silahkan klik link di bawah ini. Semoga bermanfaat!

Download Syair-Syair Kitab Ta'lim Muta'allim 

Video pembacaan syair Taklimul Muta'allim

 

Kesungguhan dan Cita-cita yang Tinggi

لِكُلٍّ إِلَى شَأۡوِ الۡعُلَى حَرَكَاتُ (ط) 

                            وَلَكِنۡ عَزِيزٌ فِي الرِّجَالِ ثَبَاتُ

Setiap orang berupaya menggapai keluhuran, tetapi jarang yang memiliki ketegaran

تَمَنَّيۡتَ أَنۡ تُمۡسِي فَقِيهًا مُنَاظِرًا (ط)

                            بِغَيۡرِ عَنَاءٍ وَالۡجُنُونُ فُنُونٌ

وَلَيۡسَ اكۡتِسَابُ الۡمَالِ دُونَ مَشَقَّةٍ (ط)       

                            تَحَمَّلُهَا فَالۡعِلۡمُ كَيۡفَ يَكُونُ

Jika engkau berandai menjadi ahli fiqh yang pandai berdialog tanpa bersusah payah ketahuilah gila itu banyak macamnya. Usaha mendapatkan harta saja tidak mungkin tanpa kesulitan, bagaimana halnya ilmu?

عَلَى قَدۡرِ أَهۡلِ الۡعَزۡمِ تَأۡتِي الۡعَزَائِمُ (ط)      

                            وَتَأۡتِي عَلَى قَدۡرِ الۡكَرِيمِ الۡمَكَارِمُ

وَتَعۡظُمُ فِي عَيۡنِ الصَّغِيرِ صِغَارُهَا (ط)     

                            وَتَصۡغُرُ فِي عَيۡنِ الۡعَظِيمِ الۡعَظَائِمُ

Keberhasilan datang sesuai kadar tekad yang dimiliki, dan kebaikan datang sesuai kadar kemuliaan. Pencapaian kecil dianggap besar oleh orang  yang bertekad kecil, sedangkan orang yang bertekad besar menganggap kecil pencapaian yang besar.  (Abut Thayyib)

يَا نَفۡسِ يَا نَفۡسِ لَا تُرۡخِ عَنِ الۡعَمَلِ (ب)              

                            فِي الۡبِرِّ وَالۡعَدۡلِ وَالۡإِحۡسَانِ فِي مُهَلٍ

وَكُلُّ ذِي عَمَلٍ فِي الۡبِرِّ مُغۡتَبَطٌ (ب)

                            وَفِي بَلَاءٍ وَشُؤۡمٍ كُلُّ ذِي كَسَلِ

Jangan lelah berbuat baik dan adil dengan perlahan-lahan. Pasti ada yang iri kepada setiap yang berbuat baik, dan setiap orang malas berada dalam musibah dan kesialan.  (Abu Nashr As Shoffar)

كَمۡ مِنۡ حَيَاءٍ وَكَمۡ عَجۡزٍ وَكَمۡ نَدَمٍ (ب)        

                            جَمٍّ تَوَلَّدَ لِلۡإِنۡسَانِ مِنۡ كَسَلٍ

إِيَّاكَ عَنۡ كَسَلٍ فِي الۡبَحۡثِ عَنۡ شُبَهٍ (ب)   

                            مَا قَدۡ عَلِمۡتَ وَمَا قَدۡ شُكَّ مِنۡ كَسَلٍ

Betapa banyak rasa malu, ketidak mampuan dan penyesalan timbul dari kemalasan. Jauhilah kemalasan mencari apa yang belum kamu tahu, keraguan itu bermula dari kemalasan.

الۡفِقۡهُ أَنۡفَسُ شَيۡءٍ أَنۡتَ دَاخِرُهُ (ب)

                            مَنۡ يَدۡرُسِ الۡعِلۡمَ لَمۡ تَدۡرُسۡ مَفَاخِرُهُ

فَاجۡهَدۡ لِنَفۡسِكَ مَا أَصۡبَحۡتَ تَجۡهَلُهُ (ب)       

                            فَأَوَّلُ الۡعِلۡمِ إِقۡبَالٌ وَآخِرُهُ

Fiqh adalah hal terbaik yang kamu simpan, barang siapa mempelajari ilmu tidak akan sirna keagungannya. Maka tekunlah selama kamu belum menguasainya, karena ilmu harus dipelajari dengan semangat meski berulang kali didengar.

وَلَمۡ أَرَ فِي عُيُوبِ النَّاسِ عَيۡبًا (و)

                            كَنَقۡصِ الۡقَادِرِينَ عَلَى التَّمَامِ

Tak pernah ku lihat aib seburuk kekurangan pada orang yang mampu menyempurnakan. (Abut Thayyib)

بِقَدۡرِ الۡكَدِّ تُعۡطَى مَا تَرُومُ (و)     

                            فَمَنۡ رَامَ الۡعُلَى لَيۡلًا يَقُومُ

وَأَيَّامَ الۡحَدَاثَةِ فَاغۡتَنِمۡهَا (و)        

                            أَلَا إِنَّ الۡحَدَاثَةَ لَا تَدُومُ

Sesuai kadar kepayahan kamu dapatkan keinginan, maka barang siapa menginginkan keluhuran maka hendaklah ia bangun di malam hari. Dan manfaatkanlah dengan baik waktu mudamu, ingatlah waktu muda tidak abadi.

فَلَا تَعۡجَلۡ بِأَمۡرِكَ وَاسۡتَدِمۡهُ (و)    

                            فَمَا صَلَّى عَصَاكَ كَمُسۡتَدِيمٍ

Jangan terburu-buru dengan urusanmu dan teruslah berusaha, karena tongkat besi hanya bisa lurus bila dibuat dengan tekun.  (Qois Bin Zuhair)

دَعِي نَفۡسِي التَّكَاسُلَ وَالتَّوَانِي  (و)

                            وَإِلَّا فَاثۡبُتِى فِي ذِي الۡهَوَانِ

فَلَمۡ أَرَ لِلۡكُسَالَى الۡحَظَّ يُحۡظَى  (و)

                            سِوَى نَدَمٍ وَحِرۡمَانِ الۡأَمَانِي

Tinggalkanlah kemalasan dan berleha-leha bila tidak ingin hidup hina. Karena aku tidak melihat bagian bagi orang malas selain penyesalan dan kehilangan harapan.

بِجَدٍّ لَا بِجِدٍّ كُلُّ مَجۡدٍ (خ)

                            فَهَلۡ جَدٌّ بِلَا جِدٍّ بِمُجۡدٍ

فَكَمۡ عَبۡدٍ يَقُومُ مَقَامَ حُرٍّ (خ)        

                            وَكَمۡ حُرٍّ يَقُومُ مَقَامَ عَبۡدٍ

Setiap kemuliaan diperoleh atas pembagian tuhan, dan pembagian Tuhan itu lazim menyertai orang tekun. Banyak budak menempati posisi orang merdeka, dan banyak orang merdeka deperlakukan layaknya budak.

لَهۡفَا عَلَى فَوۡتِ التَّلَاقِي لَهۡفَا (خ)  

                            مَا كُلُّ مَا فَاتَ وَيَفۡنَى يُلۡفَى

Sangat disayangkan tidak sempat bertemu (guru yang alim), tidak semua yang luput dan sirna dapat kembali. (Burhanuddin Al Marghinani)

الۡجِدُّ يُدۡنِي كُلَّ أَمۡرٍ شَاسِعٍ (خ)    

                            وَالۡجِّدُّ يَفۡتَحُ كُلَّ بَابٍ مُغۡلَقٍ

Ketekunan mendekatkan setiap yang jauh, dan ketekunan membukakan setiap pintu yang terkunci. )As Syafi’i)

Baca Juga:

Sanad Fiqh Ulama Nusantara 

Keutamaan Ilmu

تَعَلَّمۡ فَإنَّ الۡعِلۡمَ زَيۡنٌ لِأَهۡلِهِ (ط)    

                            وَفَضۡلٌ وَعُنۡوَانٌ لِكُلِّ الۡمَحَامِدِ

وَكُنۡ مُسۡتَفِيدًا كُلَّ يَوۡمٍ زِيَادَةً (ط)  

                            مِنَ الۡعِلۡمِ وَاسۡبَحۡ فِي بُحُورِ الۡفَوَائِدِ

تَفَقَّهۡ فَإِنَّ الۡفِقۡهَ أَفۡضَلُ قَائِدِ (ط)    

                            إِلَى الۡبِرِّ وَالتَّقۡوَى وَأَعۡدَلُ قَاصِدِ

هُوَ الۡعَلَمُ الۡهَادِي إِلَى سَنَنِ الۡهُدَى (ط)       

                            هُوَ الۡحِصۡنُ يُنۡجِي مِنۡ جَمِيعِ الشَّدَائِدِ

فَإِنَّ فَقِيهًا وَاحِدًا مُتَوَرِّعًا (ط)     

                            أَشَدُّ عَلَى الشَّيۡطَانِ مِنۡ أَلۡفِ عَابِدٍ

Belajarlah, karena ilmu adalah perhiasan dan keutamaan bagi ahlinya, juga tanda bagi setiap hal terpuji. Tambahlah imu setiap hari, dan berenanglah di lautan faidah ilmu.

Belajarlah fiqh, kasena sesungguhnya fiqh adalah penuntun terbaik kepada kebajikan dan taqwa juga paling adil. Ia adalah tanda yang menunjukan kepada jalan kebenaran, dan benteng yang menyelamatkan dari semua kesulitan. Sesungguhnya satu orang ahli fiqh yang wira’i lebih berat bagi setan dari pada seribu ahli ibadah.

(Muhammad Bin Al Hasan)

أَخُو الۡعِلۡمِ حَيٌّ خَالِدٌ بَعۡدَ مَوۡتِهِ (ط)

                            وَأَوۡصَالُهُ تَحۡتَ التُّرَابِ رَمِيمٌ

وَذُو الۡجَهۡلِ مَيۡتٌ وَهۡوَ يَمۡشِي عَلَى الثَّرَى (ط)                

                            يُظَنُّ مِنَ الۡأَحۡيَاءِ وَهۡوَ عَدِيمٌ

Ahli ilmu akan selalu hidup meski jasadnya hancur di bawah tanah. Sedangkan orang bodoh telah mati meski tampak berjalan diatas bumi, dia disangka hidup padahal dia tiada. (Ibnus Sayyid Al Batholyusi))

إِذِ الۡعِلۡمُ أَعۡلَى رُتۡبَةً فِي الۡمَرَاتِبِ (ط)        

                            وَمِنۡ دُونِهِ عِزُّ الۡعُلَى فِي الۡمَوَاكِبِ

فَذُو الۡعِلۡمِ يَبۡقَى عِزُّهُ مُتَضَاعِفَا (ط)

                            وَذُو الۡجَهۡلِ بَعۡدَ الۡمَوۡتِ تَحۡتَ التَّيَارِبِ

فَهَيۡهَاتَ لَا يَرۡجُو مَدَاهُ مَنِ ارۡتَقَى (ط)       

                            رُقِيَّ وَلِيِّ الۡمُلِكِ وَالِي الۡكَتَائِبِ

Ingatlah, ilmu memiliki derajat paling tinggi, sekalipun dibandingkan dengan derajat memimpin banyak golongan. Kemuliaan orang berilmu akan kekal berlipat ganda, sedangkan orang bodoh setelah matinya tidak berarti apapun. Sayang sekali apabila kemuliaan ilmu ini tidak diharapkan oleh orang yang meraih pangkat raja pengatur banyak prajurit. (Burhanuddin Al Marghinani)

سَأُمۡلِي عَلَيۡكُمۡ بَعۡضَ مَا فِيهِ فَاسۡمَعُوا (ط)   

                            فَفِيَّ حَصۡرٌ عَنۡ ذِكۡرِ كُلِّ الۡمَنَاقِبِ

هُوَ النُّورُ كُلُّ النُّورِ يَهۡدِي عَنِ الۡعَمَى (ط)  

                            وَذُو الۡجَهۡلِ مَرَّ الدَّهۡرِ بَيۡنَ الۡغَيَاهِبِ

هُوَ الذِّرۡوَةُ الشَّمَّاءُ تَحۡمِي مَنِ الۡتَجَا (ط)     

                            إِلَيۡهَا وَيَمۡشِي آمِنًا فِي النَّوَائِبِ

بِهِ يَنۡجُو وَالنَّاسُ فِي غَفَلَاتِهِمۡ (ط)

                            بِهِ يَرۡتَجِي وَالرُّوحُ بَيۡنَ التَّرَائِبِ

بِهِ يَشۡفَعُ الِإۡنۡسَانُ مَنۡ رَاحَ عَاصِيًا (ط)     

                            إِلَى دَرَكِ النِّيرَانِ شَرِّ الۡعَوَاقِبِ

Aku hanya akan menyampaikan kepada kalian sebagian keutamaan ilmu, karena aku tidak dapat menyebutkan seluruh keagungannya. Ilmu adalah seluruh cahaya yang memberi petunjuk dari kebutaan, sedangkan orang bodoh selamanya dalam kegelapan. Dia adalah puncak tertinggi yang melindungi pengungsi dari bencana. Dengan ilmu manusia bisa selamat dari siksa akhirat, dan dengannya manusia mengharapkan keamanan setelah kematian. Dengan ilmu orang alim dapat memberi syafaat kepada pendosa yang masuk ke neraka. (Burhanuddin Al Marghinani)

فَمَنۡ رَامَهُ رَامَ الۡمَآرِبَ كُلَّها (ط)  

                            وَمَنۡ حَازَهُ قَدۡ حَازَ كُلَّ الۡمَطَالِبِ

هُوَ الۡمَنۡصِبُ الۡعَالِي أَيَا صَاحِبَ الۡحِجَا (ط)

                            إِذَا نِلۡتَهُ هَوِّنۡ بِفَوۡتِ الۡمَنَاصِبِ

فَإِنۡ فَاتَكَ الدُّنۡيَا وَطِيۡبُ نَعِيمِهَا (ط)

                            فَغَمِّضۡ فَإِنَّ الۡعِلۡمَ خَيۡرُ الۡمَوَاهِبِ

Maka barang siapa menginginkan ilmu maka ia telah menginginkan semua harapan, dan barang siapa mendapatkanya maka ia telah mendapatkan seluruh hal yang dicari.Ilmu adalah pangkat yang luhur wahai orang yang berakal, bila kamu telah mendapatkannya hiraukanlah pangkat lain yang tidak kamu dapatkan. Jika kenikmatan dunia meninggalkanmu maka pejamkanlah matamu, karena ilmu adalah pemberian paling baik. (Burhanuddin Al Marghinani)

رَضِينَا قِسۡمَةَ الۡجَبارِ فِينَا (و)     

                            لَنَا عِلۡمٌ وَلِلۡأَعۡدَاءِ مَالٌ

فَإِنَّ الۡمَالَ  يَفۡنَى عَنۡ قَرِيبٍ (و)   

                            وَإِنَّ الۡعِلۡمَ يَبۡقَى لَا يَزَالُ

Kami rela atas pemberian Tuhan kepada kami, kami mendapatkan ilmu dan musuh memiliki harta. Karena sesungguhnya harta akan lenyap dalam waktu dekat, dan ilmu akan kekal tidak sirna. (Ali Bin Abi Tholib)

إِذَا مَا اعۡتَزَّ ذُو عِلۡمٍ بِعِلۡمٍ (و)      

                            فَعِلۡمُ الۡفِقۡهِ أَوۡلَى بِاعۡتِزَازٍ

فَكَمۡ طِيۡبٍ يَفُوحُ وَلَا كَمِسۡكٍ (و)   

                            وَكَمۡ طَيۡرٍ يَطِيرُ وَلَا كَبَازٍ

Apabila orang berilmu berhak berbangga diri maka ilmu fiqhlah yang paling pantas dibanggakan. Banyak minyak berbau harum tapi tiada seperti misik, dan banyak burung yang terbang tapi tiada yang yang mengalahkan elang.

 

Bahaya Kebodohan

فَسَادٌ كَبِيرٌ عَالِمٌ مُتَهَتِّكُ (ط)       

                            وَأَكۡبَرُ مِنۡهُ جَاهِلٌ مُتَنَسِّكُ

هُمَا فِتۡنَةٌ فِي الۡعَالَمِينَ كَبِيرَةُ (ط)  

                            لِمَنۡ بِهِمَا فِي دِينِهِ يَتَمَسَّكُ

Kerusakan besar orang alim yang perilakunya bertentangan dengan syariat, dan lebih bahaya darinya ahli ibadah yang bodoh. Mereka berdua adalah cobaan besar bagi umat manusia karena banyak pengikutnya. (As Syafi’i)

وَفِي الۡجَهۡلِ قَبۡلَ الۡمَوۡتِ مَوۡتٌ لِأَهۡلِهِ (ط)   

                            فَأَجۡسَامُهُمۡ قَبۡلَ الۡقُبُورِ قُبُورُ

وَإِنَّ امۡرَأً لَمۡ يَحۡيَ بِالۡعِلۡمِ مَيِّتٌ (ط)

                            وَلَيۡسَ لَهُ حِينَ النُّشُورِ نُشُورٌ

Kebodohan adalah kematian sebelum tercabutnya nyawa, raga orang jahil adalah pusara sebelum ia dikuburkan. Dan sesungguhnya orang yang hidup tanpa ilmu ia telah mati, dan tidak dibangkitkan di hari kebangkitan. (Ali Bin Abi Tholib)

 

Syarat Mendapatkan Ilmu

أَلَا لَا تَنَالُ الۡعِلۡمَ إِلَّا بِسِتَّةٍ  (ط)    

                            سَأُنۡبِيكَ عَنۡ مَجۡمُوعِهَا بِبَيَانٍ

ذَكَاءٍ وَحِرۡصٍ وَاصۡطِبَارٍ وَبُلۡغَةٍ (ط)        

                            وَإِرۡشَادِ أُسۡتَاذٍ وَطُوۡلِ زَمَانٍ

Ingatlah kamu tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam hal, akan kuberitahu semuanya dengan jelas. Cerdas, rakus akan ilmu, sabar, bekal, bimbingan guru dan waktu yang lama. (Dinisbatkan kepada Ali Bin Abi Tholib)

 

Agar Kuat Hapalan

شَكَوۡتُ إِلَى وَكِيعٍ سُوءَ حِفۡظِي (و)

                            فَأَرۡشَدَنِي إِلَى تَرۡكِ الۡمَعَاصِي

فَإِنِّ الۡحِفۡظَ فَضۡلٌ مِنۡ إِلٰهٍ (و)      

                            وَفَضۡلُ اللهِ لَا يُعۡطَى لِعَاصٍ

Aku mengadu kepada Imam Waki’ akan buruknya hapalanku, maka ia menyaranku meninggalkan maksiat. Karena sesungguhnya hapalan adalah anugrah Ilahi, dan anugrah Allah tidak diberikan kepada pendosa. (As Syafi’i)

كُنۡ لِلۡأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي حَافِظًا (ك)

                            وَعَلَى الصَّلَاةِ  مُوَاظِبًا وَمُحَافِظًا

وَاطۡلُبۡ عُلُومَ الشَّرۡعِ وَاجۡهَدۡ وَاسۡتَعِنۡ (ك)  

                            بِالطَّيِّبَاتِ تَصِرۡ فَقِيهًا حَافِظًا

وَاسۡأَلۡ إِلٰهَكَ حِفۡظَ حِفۡظِكَ رَاغِبًا (ك)        

                            فِي فَضۡلِهِ فَاللهُ خَيۡرٌ حَافِظًا

Jagalah perintah dan larangan agama, juga rajinlah sholat. Tuntutlah ilmu syara dengan tekun, dan mintalah pertolongan dengan amal-amal baik pasti kamu menjadi ahli fiqh yang kuat hapalannya. Dan mintalah kepada Tuhanmu agar menjaga hapalanmu seraya mengharap keutamaannya, karena Allah sebaik-baiknya penjaga. (Najmuddin Umar An Nasafi)

 

Mengagungkan Ilmu dan Ahli Ilmu

رَأَيۡتُ أَحَقَّ الۡحَقِّ حَقَّ الۡمُعَلِّمِ (ط)  

                            وَأَوۡجَبَهُ حِفۡظًا عَلَى كُلِّ مُسۡلِمٍ

لَقَدۡ حَقَّ أَنۡ يُهۡدَى إِلَيۡهِ كَرَامَةً (ط)  

                            لِتَعۡلِيمِ حَرۡفٍ وَاحِدٍ أَلۡفُ دِرۡهَمِ

Aku yakin hak yang paling utama adalah haknya guru, dan yang paling wajib dijaga setiap muslim. Ia berhak dimuliakan dengan hadiah seribu dirham atas mengajarkan satu huruf.

 

Memuliakan Guru

إِنَّ الۡمُعَلِّمَ وَالطَّبِيبَ كِلَاهُمَا (ك)  

                            لَا يَنۡصَحَانِ إِذَا هُمَا لَمۡ يُكۡرَمَا

فَاصۡبِرۡ لِدَائِكَ إِنۡ جَفَوۡتَ طَبِيبَهَا (ك)        

                            وَاقۡنَعۡ بِجَهۡلِكَ إِنۡ جَفَوۡتَ مُعَلِّمًا

Sesungguhnya gur dan dokter keduanya tidak mengharapkan kebaikanmu bila mereka tidak dimuliakan. Maka sabarlah atas penyakitmu bila kamu tidak menuruti doktermu, dan terimalah kebodohanmu bila tidak menuruti guru.

 

Tawaddhu’

أَرَى لَكَ نَفۡسًا تَشۡتَهِي أَنۡ تُعِزَّهَا (ط)        

                            فَلَسۡتَ تَنَالُ الۡعِزَّ حَتَّى تُذِلَّهَا

Aku melihat kamu  ingin meniggikan dirimu, maka kamu tidak akan mendapat keluhuran sehingga kamu merendahkan nasfumu.

اِنَّ التَّوَضُّعَ  مِنۡ خِصَالِ الۡمُتَّقِي (ك)        

                            وَبِهِ التَّقِيُّ إِلَى الۡمَعَالِي  يَرۡتَقِي

وَمِنَ الۡعَجَائِبِ عُجۡبُ مَنۡ هُوَ جَاهِلٌ (ك)   

                            فِي حَالِهِ أَهۡوَ السَّعِيدُ أَمِ الشَّقِي

أَمۡ كَيۡفَ يُخۡتَمُ عُمۡرُهُ أَوۡ رُوحُهُ (ك)

                            يَوۡمَ النَّوَى  مُتَسَفِّلٌ أَوۡ مُرۡتَقِي

وَالۡكِبۡرِياءُ لِرَبِّنَا صِفَةٌ بِهِ (ك)     

                            مَخۡصُوصَةٌ فَتَجَنَّبَنۡهَا وَاتَّقِي

Sesungguhnya rendah hati adalah peringai orang taqwa, dengan tawaddhu’ dia sampai kepada keluhuran. Adalah aneh ‘ujubnya orang yang tidak mengetahui apakah ia bahagia atau celaka. Bagaimana umurnya  berakhir saat kematian apakah baik ataukah buruk. kesembonga bagi Tuhan adalah sifat khusus maka jauhilah dan berlindunglah. (Ruknuddin  Al Farghoni “Al Adibul Mukhtar”)

 

Menyayangi Dan Nasihat (Mengharapkan Kebaikan Sesama)

دَعِ الۡمَرۡءَ لَا تَجۡزِهۡ عَلَى سُوءِ فِعۡلِهِ (ط)     

                            سَيَكۡفِيهِ مَا فِيهِ وَمَا هُوَ فَاعِلُهۡ

Tinggalkan orang yang berbuat buruk kepadamu jangalah kamu balas, karena setiap keburukan dengan sendirinya akan terbalaskan.  (Yusuf Al Hamdani)

إِذَا شِئۡتَ أَنۡ تَلۡقَى عَدُوَّكَ رَاغِمًا (ط)        

                            وَتَقۡتُلَهُ غَمًّا وَتَحۡرِقَهُ هَمًّا

فَرُمۡ لِلۡعُلَى وَازۡدَدۡ مِنَ الۡعِلۡمِ إِنَّهُ (ط)

                            مَنِ ازۡدَادَ عِلۡمًا زَادَ حَاسِدُهُ غَمًّا

Bila kamu ingin menjumpai musuhmu dalam kehinaan dan membuatnya susah, maka kapailah keluhuran dan perbanyaklah ilmu, sesungguhnya  barang siapa bertambah ilmunya maka  bertambah prihatin pembencinya. (Ibnut Thoyyib Asy Syarqi)

إِذَا سَاءَ فِعۡلُ الۡمَرۡءِ سَاءَتۡ ظُنُونُهُ (ط)      

                            وَصَدَّق مَا يَعۡتَادُهُ مِنۡ تَوَهُّمٍ

وَعَادَى مُحِبِّيهِ بِقَوۡلِ عُدَاتِهِ (ط)    

                            وَأَصۡبَحَ فِي لَيۡلٍ مِنَ الشَّكِّ مُظۡلِمٍ

Jika buruk perbuatan seseorang maka buruklah persangkaannya, dan ia membenarkan dugaanya. Ia juga memusuhi pencintanya sebab ucapan musuhnya dan terjerumus dalam gelapnya keraguan. (Abut Thoyyib)

بَلَوۡتُ النَّاسَ قَرۡنًا بَعۡدَ قَرۡنٍ (و)   

                            فَلَمۡ أَرَ إِلَّا خَتَّالٍ وَقَالٍ

وَلَمۡ أَرَ فِي الۡخَطُوبِ أَشَدَّ وَقۡعًا (و)

                            وَأَصۡعَبَ مِنۡ مُعَادَاةِ الرِّجَالِ

وَذُقۡتُ مَرَارَةَ الۡأَشۡيَاءِ طُرًّا (و)    

                            وَمَا ذُقۡتُ أَمَرَّ مِنَ السُّؤَالِ

Aku telah menguji manusia dari masa ke masa maka tidak ku lihat selain penipu dan pemarah. Aku tidak melihat perkara yang lebih mengganggu dan sulit ditangani selain memusuhi orang lain. Aku telah merasakan pahit getirnya semua hal, dan tiada yang lebih pahit dari meminta-minta. (Al Afwah Al Audi)

تَنَحَّ عَنِ الۡقَبِيحِ وَلَا تُرِدۡهُ (و)      

                            وَمَنۡ أَوۡلَيۡتَهُ حُسۡنًا فَزِدۡهُ

سَتُكۡفَى مِنۡ عَدُوِّكَ كُلَّ كَيۡدٍ (و)     

                            إِذَا كَادَ الۡعَدُوُّ فَلَا تَكِدۡهُ

Menyingkirlah dari keburukan dan janganlah kamu merencanakannya, dan perbanyaklah berbuat baik kepada sesama. Kamu akan dicukupkan dari setiap tipu daya musuhmu, dan jangan membalasnya. (Abul ‘Atahiyah)

 

Memilih Teman

عَنِ الۡمَرۡءِ لَا تَسۡأَلۡ وَأَبۡصِرۡ قَرِينَهُ (ط)     

                            فَإِنَّ الۡقَرِينَ بِالۡمُقَارَنِ يَقۡتَدِي

فَإِنۡ كَانَ ذَا شَرٍّ فَجَنِّبۡهُ سُرۡعَةً (ط)

                            وَإِنۡ كَانَ ذَا خَيۡرٍ فَقَارِنۡهُ تَهۡتَدِي

Tentang seseorang tak perlu kau bertanya tapi cukup lihat temannya, karena ia pasti mengikuti temannya. Apabila temannya buruk maka jauhilah dia, dan bila baik ikutilah. (‘Adi bin Zaid)

لَاتَصۡحَبِ الۡكَسۡلَانَ فِي حَالَاتِهِ (ك)

                            كَمۡ صَالِحٍ بِفَسَادِ آخَرَ يَفۡسُدُ

عَدۡوَى الۡبَلِيدِ إِلَى الۡجَلِيدِ سَرِيعَةٌ (ك)        

                            كَالۡجَمۡرِ يُوضَعُ فِي الرَّمَادِ فَيَخۡمُدُ

Janganlah kamu menemani orang malas,karena banya orang baik rusak karena pengaruh buruk temannya. Menularnya keburukan orang bodoh kepada orang pandai sangat cepat, seperti bara api diletakan dalam abu lantas padam. (Abu Bakr Al Khowarizmi)

 

Zuhud (Tidak Mencintai Dunia)

هِيَ الدُّنۡيَا أَقَلُّ مِنَ  الۡقَلِيلِ (و)     

                            وَعَاشِقُهَا أَذَلُّ مِنَ الذَّلِيلِ

تُصِمُّ بِسِحۡرِهَا قَوۡمًا وَتُعۡمِي (و)   

                            فَهُمۡ مُتَحَيِّرُونَ  بِلَا  دَلِيلٍ

Dunia itu sangat sedikit dan hina dari apapun, dan orang yang menyenanginya lebih rendah dari siapapun. Dunia membuat banyak orang buta dan tuli, maka mereka kebingungan tanpa ada yang memberi petunjuk.

وَأَحَقُّ خَلۡقِ اللهِ بِالۡهَمِّ امۡرُؤٌ (خ)   

                            ذُو هِمَّةٍ يُبۡلَى بِعَيۡشٍ ضَيِّقٍ

وَمِنَ الدَّلِيلِ عَلَى الۡقَضَاءِ وَحُكۡمِهِ (خ)       

                            بُؤۡسُ اللَّبِيبِ وَطِيۡبُ عَيۡشِ الۡأَحۡمَقِ

لَكِنَّ مَنۡ رُزِقَ الۡحِجَا حُرِمَ الۡغِنَى (خ)       

                            ضِدَّانِ يَفۡتَرِقَانِ أَيَّ تَفَرُّقٍ

Orang yang paling berhak diprihatinkan adalah orang yang memiliki cita-cita luhur tetapi dicoba dengan kesulitan hidup. Diantara bukti qodhonya Tuhan adalah kesulitan orang pandai dan kinikmatan hidup orang bodoh. Akan tetapi barang siapa diberi kepandaian maka ia terhalang dari kekayaan, keduanya adalah hal yang sangat bertentangan. (As Syafi’i)

 

Melawan Nafsu

سَلَامٌ عَلَى مَنۡ تَيَّمَتۡنِي بِظَرۡفِهَا (ط)

                            وَلُمۡعَةِ خَدَّيۡهَا وَلَمۡحَةِ طَرۡفِهَا

سَبَتۡنِي وَأَصۡبَتۡنِي فَتَاةٌ مَلِيحَةٌ (ط) 

                            تَحَيَّرَتِ الۡأَوۡهَامُ فِي كُنۡهِ وَصۡفِهَا

فَقُلۡتُ ذَرِينِي وَاعۡذَرِينِي فَإِنَّنِي (ط)

                            شَغَفۡتُ بِتَحۡصِيلِ الۡعُلُومِ وَكَشۡفِهَا

وَلِي فِي طِلَابِ الۡفَضۡلِ وَالۡعِلۡمِ وَالتُّقَى (ط)           

                            غِنًى عَنۡ غِنَاءِ الۡغَانِيَاتِ وَعَرۡفِهَا

Selamat tinggal wanita yang menaklukanku dengan keanggunanya, kedua pipinya yang merona  dan lirikan matanya. Telah menawan hatiku dan menariknya seorang yang manis parasnya membingungkan pikiran. Maka aku katakan padanya “tinggalkan dan maafkanlah aku, karena aku sibuk menggali pengetahuan. Di dalam mencari keutamaan, ilmu dan taqwa  aku mendapatkan kecukupan dari nyayiannya para wanita dan wangiannya. (Najmuddin An Nasafi)

 

Mengurangi Pembicaraan yang tidak Penting

إِذَا تَمَّ عَقۡلُ الۡمَرۡءِ قَلَّ كَلَامُهُ (ط)  

                            وَأَيۡقِنۡ بِحُمۡقِ الۡمَرۡءِ إِنۡ كَانَ مُكۡثِرًا

Bila sempurna akal seseorang maka sedikitlah ia berbicara, dan yakinlah dengan kebodohan orang yang banyak bicara.

النُّطۡقُ زَيۡنٌ وَالسُّكُوتُ سَلَامَةٌ (ك)

                            فَإِذَا نَطَقۡتَ فَلَا تَكُنۡ مِكۡثَارًا

مَا إِنۡ نَدِمۡتَ عَلَى سُكُوتٍ مَرَّةً (ك)

                            وَلَقَدۡ نَدِمۡتَ عَلَى الۡكَلَامِ مِرَارًا

Perkataan adalah perhiasan dan diam adalah keselamatan, maka bila kamu berbicara janganlah terlalu banyak. Diam tidak pernah membuatmu menyesal, tapi berulang kali kamu menyesali perkataanmu.

ذُو الۡعَقۡلِ لَا يَسۡلَمُ مِنۡ جَاهِلٍ (خ)  

                            يَسُومُهُ ظُلۡمًا وَإِعۡنَاتًا

فَلۡيَخۡتَرِ السِّلۡمَ عَلَى حَرۡبِهِ (خ)     

                            وَلۡيَلۡزَمِ الۡإِنۡصَاتَ إِنۡ صَاتَ

Orang berakal tidak akan lepas dari orang bodoh hendak menzholiminya. Maka hendaklah ia memilih berdamai dari melawannya dan tidak membalas perkataan buruk musuhnya. (Abul Fath Al Basti)

أُوصِيكَ فِي نَظۡمِ الۡكَلَامِ بِخَمۡسَةٍ (خ)         

                            إِنۡ كُنۡتَ لِلۡمُوصِي الشَّفِيقِ مُطِيعًا

لَا تَغۡفُلَنۡ سَبَبَ الۡكَلَامِ وَوَقۡتَهُ (خ) 

                            وَالۡكَيۡفَ وَالۡكَمَّ الۡمَكَانَ جَمِيعًا

Lima wasiatku kepadamu dalam merangkai perkataan, jika kamu menuruti orang yang menyayangimu. Jangan lalai akan sebab berbicara, waktu, cara, ukuran, dan tempatnya. (Abu Sahl An Naili)

 

Mengurangi Makan dan Tidur

فَعَارٌ ثُمَّ عَارٌ ثُمَّ عَارٌ (و)

                            شَقَاءُ الۡمَرۡءِ مِنۡ أَجۡلِ الطَّعَامِ

سُرُورُ النَّاسِ فِي لَبۡسِ اللِّبَاسِ (و)

                            وَجَمۡعُ الۡعِلۡمِ فِي تَرۡكِ النُّعَاسِ

Sangat tercela celakanya manusia karena makan. Kebahagiaan manusia itu dengan pakaian yang bagus, dan mendapatkan ilmu itu dengan meninggalkan ngantuk.

 

Bangun Malam

أَلَيۡسَ مِنَ الۡخُسۡرانِ أَنَّ لَيَالِيا (ط) 

                            تَمُرُّ بِلَا نَفۡعٍ وَتُحۡسَبُ مِنَ الۡعُمۡرِ

Bukankah suatu kerugian bila malam berlalu tanpa manfaat dan terhitung dari umur? bangunlah pada malam hari agar kamu

قُمِ اللَّيۡلَ يَا هَذَا لَعَلَّكَ تَرۡشُدُ (ط)   

                            إِلَى كَمۡ تَنَامُ اللَّيۡلَ وَالۡعُمۡرُ يَنۡفَدُ

Bangunlah pada malam hari wahai penuntut ilmu agar benar langkahmu, sampai kapan kamu tetap tidur sedangkan umur akan habis.

مَنۡ شَاءَ أَنۡ يَحۡتَوِي آمَالَهُ جُمَلًا (ب)        

                            فَلۡيَتَّخِذۡ لَيۡلَهُ فِي دَرۡكِهَا جَملًا

أَقۡللۡ طَعَامَكَ كَيۡ تُحۡظَى بِهِ سَهَرَا (ب)      

                            إِنۡ شِئۡتَ يَا صَاحِبِي أَنۡ تَبۡلُغَ الۡكَمَلَا

Barang siapa ingin menggapai seluruh harapannya, maka hendaklah ia menjadikan malam sebagai kendaraan untuk mendapatkannya. Sedikitkan makanmu agar kamu mampu terjaga di malam hari wahai sahabatku bila kamu ingin meraih kesempurnaan.

بِقَدۡرِ الۡكَدِّ تُكۡتَسَبُ الۡمَعَالِي (و)    

                            فَمَنۡ طَلَبَ الۡعُلَى سَهِرَ اللَّيَالِي

تَرُومُ الۡعِزَّ ثُمَّ تَنامُ لَيۡلًا (و)        

                            يَغُوصُ الۡبَحۡرَ مَنۡ طَلَبَ اللَّآلِي

عُلُوُّ الۡكَعۡبِ بِالۡهِمَمِ الۡعَوَالِي (و)   

                            وَعِزُّ الۡمَرۡءِ فِي سَهَرِ اللَّيَالِي

Dengan kadar kepayahan kamu mendapatkan keluhuran, maka barang siapa mencari keluhuran hendaklah ia terjaga di malam hari. Engkau menginginkan kemuliaan tapi tidur sepanjang malam, padahal pencari mutiara harus menyelami lautan. Tingginya derajat diraih dengan cita-cita yang luhur, dan kemuliaan manusia didapat dengan terjaga di malam hari.

تَرَكۡتُ النَّوۡمَ رَبِّي فِي اللَّيَالِي (و) 

                            لِأَجۡلِ رَضَاكَ يَا مَوۡلَى الۡمَوَالِي

وَمَنۡ رَامَى الۡعُلَى مِن غَيۡرِ كَدٍّ (و)

                            أَضَاعَ الۡعُمۡرَ فِي طَلَبِ الۡمُحَالِ

فَوَفِّقۡنِي إِلَى تَحۡصِيلِ عِلۡمٍ (و)     

                            وَبَلِّغۡنِي إِلَى أَقۡصَى الۡمَعَالِي

Aku meninggalkan kantu di malam hari mencari rido-Mu hai Tuhannya para hamba. Dan barang siapa mengendaki keluhuran tanpa bersusah payah maka ia telah menghabiskan umurnya dalam mencari hal yang mustahil. Maka tolonglang hamba menghasilkan ilmu dan sampaikanlah hamba ke puncak keluhuran.


البحر الطويل                  

طَوِيلٌ لَهُ دُونَ الۡبُحُورِ فَضَائِلُ (ط)  

                        فُعُولُنۡ مَفَاعِيلُنۡ فُعُولُنۡ مَفَاعِيلُنۡ

البحر البسيط                  

إِنَّ الۡبَسِيطَ لَدَيۡهِ يُبۡسَطُ الۡأَمَلُ (ب)  

                        مُسۡتَفۡعِلُنۡ فَاعِلُنۡ مُسۡتَفۡعِلُنۡ فَاعِلُنۡ

البحر الوافر                   

بُحُورُ الشِّعۡر وَافِرُهَا  جَمِيلٌ (و)

                        مُفَاعَلَتُنۡ مُفَاعَلَتُنۡ فُعُولُنۡ

البحر الكامل                   

كَمَلُ الۡجَمَالِ مِنَ الۡبُحُورِ الۡكَامِلُ (ك)          

                        مُتَفَاعِلُنۡ مُتَفَاعِلُنۡ  مُتَفَاعِلُنۡ

البحر الخفيف                  

يَا خَفِيفًا خَفَّتۡ بِهِ الۡحَرَكَاتُ (خ)

                        فَاعِلَاتُنۡ مُسۡتَفۡعِ لُنۡ فَاعِلَاتُنۡ

 

2 comments: