KAIDAH PENULISAN HAMZAH
Hamzah ditulis dengan beragam bentuk,
terkadang ditulis dengan alif, wawu, ya` atau tersendiri. Berikuti ini
ketentuan penulisan hamzah:
1. Hamzah di awal kalimat ditulis dengan alif. Contoh:
أَقۡرَأُ أُذُنٌ إِحۡسَانٌ اَلۡفَاتِحَةُ اُكۡتُبۡ اِسۡمٌ اَلۡإِسۡلَامُ
Tanda qoth’ (ء) ditulis hanya pada hamzah
qoth’, tidak pada hamzah washl.
2. Hamzah di tengah kalimat:
a. Hamzah sukun ditulis dengan huruf yang cocok kepada harakat sebelumnya. Contoh:
رَأۡسٌ يَأۡمُرُ لُؤۡلُؤٌ يُؤۡمِنُ بِئۡرٌ اِئۡذَنۡ
b. Hamzah berharakat ditulis dengan huruf yang cocok kepadanya dengan
beberapa pengecualian. Contoh:
سَأَلَ
حِدَأَةٌ نَشۡأَةٌ رَأَيۡتُ يَقۡرَؤُهُ رَؤُوفٌ سَئِمَ جُزۡئِيٌ
Ketentuan ini memiliki tiga
pengecualian sebagai berikut:
1)
Hamzah berharakat fathah setelah
dhommah ditulis dengan wawu. Contoh:
سُؤَالٌ فُؤَادٌ
2)
Hamzah berharakat fathah atau dhommah
setelah kasroh atau ya sukun ditulis dengan ya. Contoh:
فِئَةٌ يُخۡطِئُونَ خَطِيئَةٌ شَيۡئًا فَيۡئُهُ
3)
Hamzah berharakat fathah setelah alif, berharokat
fathah atau dhommah setelah wawu sukun ditulis tersendiri dengan bentuk kepala
‘ain. Contoh:
قِرَاءَةٌ مُرُوءَةٌ
وُضُوءُهُ
3.
Hamzah di akhir kalimat
a.
Huruf sebelumnya sukun maka ditulis tersendiri.
Contoh:
مَرۡءٌ شَيۡءٌ
جَاءَ وُضُوءٌ يَجِيءُ
b.
Huruf sebelumnya berharakat maka ditulis dengan huruf
yang pantas kepada
harakat sebelumnya. Contoh:
خَطَأٌ قَرَأَ تَوَاطُؤٌ اُمۡرُؤُ الۡقَيۡسِ يَسۡتَهۡزِئُ قَارِئٌ